Decluttering - Mengubah ruang kerja berantakan menjadi ruang kerja impian

Sudah hampir lima belas tahun lamanya saya menggunakan kamar belakang sebagai tempat saya beraktivitas sehari-hari. Sewaktu jaman kuliah di situ saya belajar dan mengajarkan semua tugas-tugas kuliah. Waktu jaman jadi desainer di situ tempat saya mendesain web, logo, iklan dsb. Waktu magang di kantor notaris di situ tempat saya mengerjakan semua tugas kantor. Sampai setelah saya sudah buka kantor sendiri kamar itu masih saya gunakan sebagai ruang kerja di rumah.

Alhasil kamar itu sudah seperti gudang. Buku jaman kuliah ditambah komik yang tersusun di 4 rak besar, berkas-berkas kerjaan, dus-dus produk yang saya anggap bagus, periperhal komputer semua menumpuk di kamar itu. Jika mau mencari sesuatu di kamar itu harus membongkar tumpukan-tumpukan barang dan cukup menyita waktu. Terlebih sering kejadian ketika saya mencari suatu barang dan tidak ketemu, saya membeli barang baru yang sama dan setelah barang baru dibeli, barang yang hilang itu ditemukan diantara tumpukan-tumpukan.

Saya termasuk orang yang malas untuk bersih-bersih. Tapi bukan berarti saya tidak suka kamar yang bersih dan sama sekali tidak berusaha untuk merapikan kamar. Tiap beberapa bulan sekali saya merapikan kamar. Saya membeli box container plastik untuk menyimpan barang-barang yang berserakan, membeli rak baru agar buku dapat disusun lebih rapi. Well it works untuk beberapa saat, tapi tetap saja penampilan kamar itu seperti gudang yang penuh dengan barang. Untuk dapat membuka jendela saja, saya harus melangkah melewati 2 box container besar dan satu kursi.

Perkenalan dengan Marie Kondo

Sedikit frustrasi karena siklus rapi lalu berantakan, saya mencoba mencari cara tepat untuk merapikan kamar. Saya teringat sekitar 2 tahun lalu saya pernah mendengar nama ahli bersih-bersih bernama Marie Kondo. Saya browsing di internet dan membaca artikel tentang Marie Kondo dan metode bersih-bersihnya. Well, kesan pertama yang saya dapat setelah baca artikel-artikel tentang dia adalah “Orang ini Gila”. Metode KonMari yang dia perkenalkan adalah membuang semua barang yang kita punya, kecuali barang yang “Spark Joy (Membangkitkan Kebahagiaan)“.

Saya menentang pemikiran dia tentang barang yang kita punya. Salah satu prinsip yang saya pegang mengenai barang adalah “Tidak penting berapa murah atau mahalnya barang itu, yang penting adalah kenangan yang melibatkan barang itu”. Karena itulah saya menyimpan komik-komik yang saya hunting di Palasari bersama istri ketika masih pacaran dulu. DVD Detektif Conan yang dulu berjam-jam didownload karena internet masih lambat. Dan banyak kenangan lainnya yang tersimpan bersama barang-barang itu.

Walaupun saya menganggap orang ini gila dan menentang pemikiran-pemikiran dia, tapi saya penasaran kenapa dia begitu terkenal ? Oke, saya mencoba untuk memahami pemikiran dia tidak melalui artikel-artikel yang ditulis pihak ketiga tapi langsung dari tulisannya. Coba cari buku Marie Kondo “The Life-Changing Magic Of Tidying Up” di Tokopedia dan ternyata sudah ada versi terjemahan Indonesia dan menjadi best seller. Saya memutuskan untuk membeli dan membaca buku itu. Begitu selesai saya membaca, kesan terhadap dia saya berubah, “Orang ini luar biasa”. Dia mengubah mindset saya tentang barang-barang yang saya miliki dan ada di sekitar saya.

Pemikiran Marie Kondo yang saya tangkap setelah membaca buku dia kira-kira seperti ini :

Mencoba metode KonMari

Setelah menemukan waktu yang tepat, ini saatnya saya untuk mencoba menerapkan Metode KonMari seperti yang diperkenalkan buku itu. Secara garis besar metode KonMari adalah membereskan bukan berdasarkan tempat atau lokasi tapi berdasarkan kategori. Semua benda dikumpilkan sesuai dengan kategori-nya , urutannya dimulai dari Pakaian, Buku, Kertas-kertas, Komono (pernak-pernik, barang elektronik dsb) dan terakhir Sentimental Item. Setelah terkumpul niatkan barang-barang tersebut untuk dibuang, tapi selamatkan beberapa barang yang Spark Joy (Memunculkan Kebahagiaan).

Tentukan Apa Yang Ingin Anda Capai

Sebelum memulai beres-beres, Marie Kondo menyarankan agar anda menentukan apa yang ingin anda capai dan inginkan. Untuk saya, saya menginginkan ruang kerja yang rapi, bersih, dan fungsional. Ruangan dimana saya bisa menikmati udara pagi sambil ngopi dan vaping sebelum memulai semua aktivitas dihari itu.

Pakaian

Kategori ini terdiri dari Baju, Celana, Tas, Topi, Sepatu dan lain-lain, intinya barang barang yang kita kenakan. Pada awalnya saya mengira dapat skip step membersihkan Pakaian, toh ini adalah Ruang kerja, paling-paling cuman ada jaket dan celana jeans kemarin yang menggantung di belakang pintu. Tapi setelah saya kumpulkan semua barang yang termasuk pada kategori pakaian di kamar ini, ternyata hasilnya cukup membuat saya tidak percaya.

Pakaian yang menggantung dibelakang pintu, yang saya kira hanya jaket dan celana jeans yang dipakai kemarin ternyata mereka tidak sendirian. Ada Jaket, Swater dan celana jeans lain yang sudah beberapa bulan mengantung di sana dan tidak dipakai. Ada tas-tas yang beberapa diantaranya rusak sudah lama tidak dipakai dan mulai berjamur.

Saya coba mengingat-ingat kenapa banyak sekali Pakaian di kamar ini. Untuk pakaian-pakaian yang menggantung dibelakang pintu kebanyakan adalah pakaian yang dalam bahasa sunda disebut kagok kotor. Pakaian yang sudah dipakai tapi terlihat masih bersih, jadi sayang baju baru dipake sebentar harus langsung masuk cucian, masih bisa dipakai lagi esoknya. Tapi kenyataannya setiap saya selesai mandi, saya selalu ambil Pakaian baru dari lemari, dan lupa semua pakaian Kagok Kotor tersebut terlupakan dan tergantung lama dibelakang pintu. Tas yang rusak sedikit, tadinya mau saya betulkan ke tukang jahit, tapi tidak pernah terlaksana akhirnya menumpuk dan ditumbuhi jamur.

semua pakaian yang sudah dikumpulkan mulai saya pilih mana saja, hasinya cuman 4 buah saja, Jaket yang selalu saya pakai jika naik motor, Jeans biru yang sering saya pakai kalau keluar, dan tas selendang yang selalu saya gunakan jika kerja. Hanya sedikit dibandingkan barang-barang lainnya.

Buku

Penghuni terbesar dikamar ini adalah buku. Komik yang saya kumpulkan dari jaman SMA tersimpan disini. Buku kuliah, buku komputer, Novel semua terjejer di empat rak, dan sebagian lagi di 2 container plastik berukuran besar dan didalam 4 dus bekas air mineral. Seperti yang sebelumnya saya katakan, ada kenangan bersama mereka hingga sangat sulit untuk saya menyingkirkan semua buku-buku tersebut.

Saya kumpulkan semua buku menjadi satu gundukan besar. Saya pandangi, mulai berfikir dan bertanya pada diri sendiri, apa benar seberharga itu kah kenangan saya bersama buku-buku ini?, Jika benar-benar berharga kapan terakhir saya membaca buku-buku itu ?,. Tapi saya sudah bertekad untuk membuat kamar ini menjadi ruang kerja yang saya impikan. Saya coba berfikir secara logis, apakah kenangan hunting komik dulu itu masih benar-benar berharga jika pacar saya kini sudah menjadi istri saya ? Saya rasa tidak, saya bisa membuat kenangan baru bersama istri dan anak-anak. Apakah saat ini saya masih membaca buku hingga lupa waktu ? Masih tapi tidak dengan buku, sekarang dengan aplikasi ebook di handphone. Buku tutorial programing masih berguna ? Tidak, sudah ketinggalan teknologinya. Buku kuliah ? sepertinya tidak, yang saya butuhkan sekarang adalah pengetahuan langsung dilapangan bukan sekedar teori dari buku-buku itu.

Akhirnya dengan hati yang cukup sedih saya merelakan buku-buku itu, saya hanya menyisakan kurang dari dua puluh buku yang saya anggap memiliki berguna untuk nanti seperti buku tentang pembuatan akta dan buku impor tentang design. Saya jual ke tukang rongsok yang entah kenapa hari itu lewat di depan rumah. Tidak saya lupakan harganya, Rp.1000,- / Kg. Total semua buku-buku itu adalah Rp.150.000.

Kertas-kertas

Sangat menyebalkan dan malas untuk membereskan kertas-kertas yang ada di kamar ini. Kertas- tidak memiliki kenangan tapi tidak bisa saya dibuang atau jual seperti buku. Kertas yang ada di sini terdiri data klien, tagihan, struk ATM yang saya takut disalahgunakan apabila dibuang ke tempat sampah, Catatan-catatan kuliah dan fotokopi materi seminar. Akhirnya kertas-kertas ini saya kumpulkan dalam satu dus, saya simpan dulu sementara sampai menunggu waktu yang tepat untuk dibakar. Untuk materi seminar dan catatan kuliah yang saya anggap penting saya jadikan satu dalam map bindex besar.

Komono

Masuk dalam kategori komono dikamar ini antara lain alat-alat elektronik, kabel kabel, DVD, periperhal komputer yang tercecer di beberapa sudut kamar ini. Saya kumpulkan lagi menjadi satu gundukan besar. Cukup mencengangkan juga ternyata barang yang adalah terkumpul adalah barang elektronik yang rusak atau sudah ketinggalan jaman. Ada Xbox yang sebenarnya tidak rusak tapi sudah tidak pernah saya pakai lagi, ada periperhal komputer yang sudah tidak kompatibel lagi dengan komputer yang saya milik, router rusak dan kabel-kabel yang saya tidak tahu lagi untuk device apa, Pulpen, pinsil clipper dan masih banyak lagi.

Yang sayang untuk dibuang adalah koleksi DVD dan CD. Isinya adalah backup-an anime dan film yang dulu saya download. Ada rasa sayang untuk dibuang mengingat semua itu menghabiskan waktu download yang berjam-jam lamanya. Ada koleksi CD yang susah payah dulu cari di toko CD. Awalnya saya tidak mau membuang koleksi CD/DVD saya, tapi sejak koneksi internet dirumah semakin cepat dan langganan Netflix & Spotify sudah tidak pernah memutar lagi isi DVD-DVD tersebut. Bahkan DVD player nya saja saya tidak punya. Kalaupun disimpan hanya menghabiskan tempat saja.

Saya mulai meng-kelompokan lagi barang-barang yang saya pilih, bagi menjadi 3 sub-kategori, yaitu :

  1. Barang yang akan sering saya gunakan. Masuk dalam kategori ini adalah ATK (Pulpen, Pinsil, Clipper, Hekter, Cutter, Map Kertas dll), Flashdisk, Charger HP, Printer
  2. Barang Stock. Masuk dalam kategori ini adalah cadangan ATK, baterai AA+, tinta printer.
  3. Barang yang akan saya gunakan nanti. seperti kamera, headphone, hardisk ekternal.

Sentimental items

Sebenarnya yang menjadi sentimental item di kamar ini adalah buku yang telah saya jual sebelumnya. Sisanya hanya beberapa lembar foto ketika bersama teman-teman kuliah. Tidak banyak memang, karena tidak disimpan di kamar ini.

Sentuhan akhir

Setelah semua barang yang tidak menimbulkan Spark Joy dihilangkan dari kamar ini dan Kamar menjadi kosong. Baru saya sadari bahwa cat ruangan ini sudah sangat kusam dan ada retakan di sana-sini. Sewaktu masih penuh barang, keadaan dinding tertutup oleh barang-barang sehingga tidak terlalu saya perhatikan.

Saya cat ulang kamar yang dulu berwarna hijau ini menjadi warna putih, dan agar terasa sedikit terkesan klasik saya pasang wallpaper faux brick.

Hasilnya

Setelah proses panjang dan cukup melelahkan akhirnya ruang kerja yang dulu berantakan seperti gudang, kini berubah menjadi ruang kerja yang terlihat rapi dan bersih. Rak buku yang dulu penuh dan berdebu, kini beralih fungsi menjadi rak serbaguna yang digunakan tidak hanya untuk menyimpan beberapa buku, tapi juga digunakan menyimpan ATK, tas dan beberapa perlengkapan lain. Senang rasanya bisa mengambil hasil print tanpa harus berdiri dari kursi. Menikmati udara pagi ruangan ini tidak lagi tercampur dengan debu.